MAKALAH
PERAN IQ, EQ, SQ, CQ, AQ DALAM PENGEMBANGAN PROFESI GURU
Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran Biologi
Yang diampu
oleh Ibu Heni Setyawati, S.Si., M.Pd.
Disusun oleh
: kelompok 10
1.
Lina Nur Amalina (T20158005)
2.
Jannatul Laeli (T20158027)
PROGRAM STUDI TADRIS
BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER
Maret, 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa atas
segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan HidayahNya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana
dengan judulPeran IQ, EQ, SQ, CQ, AQ dalam Pengembangan Profesi Guru, semoga
makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun
pedoman bagi pembacanya.
Sehubungan dengan
hal tersebut, perlu kiranya penulis dengan ketulusan hati mengucapkan terima kasih
kepada Pembimbing Mata Kuliah Ilmu Kalam yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak, yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
perbaikan laporan selanjutanya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.
Jember, 30 September 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
..................................................................................... i
DAFTAR ISI
................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang .................................................................................... 1
B.
Rumusan masalah ................................................................................ 2
C.
Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
IQ, EQ, SQ, CQ dan AQ........................................... .. 3
1.
IQ (Intelligent
Quotient) .......................................................... 3
2.
EQ
(Emotional Quotient) ......................................................... 4
3.
SQ
(Spiritual Quotient)
............................................................ 6
4.
CQ
(Creativity Quotient) ......................................................... 9
5.
AQ
(Adversity Quotient) ......................................................... 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
..................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 16
LAMPIRAN................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LatarBelakang
Derasnya laju informasi,
ilmu pengetahuan dan tekhnologi memicu dan memacu setiap
orang untuk menjadi cerdas. Banyak
orang tua yang berburu jasa kursus,
pelatihan, bimbingan belajar dan
lain sebagainya untuk mencerdaskan anak mereka.
Dalam hal ini,
kecerdasan di definisikan sangat sederhana,
yakni jika anak
2 tahun telah mampu mengeja sederet
kata bahkan sederet kalimat dengan baik,
maka Ia dikatakan sebagai anak
yang cerdas karena banyak anak
lain pada usia tersebut belum mampu melakukannya.
Menurut Daniel goleman (Emotional Intelligent: 1996) “ orang
yang mempunyai IQ tinggitetapi EQ rendah cenderung mengalami kegagalan
yang lebih besar disbanding dengan
orang yang IQ-nya rata-rata tetapi EQ-nyatinggi”. Artinya bahwa penggunaaan
EQ atau sering disebut olahrasa menjadi hal
yang sangat penting yang
dalam dunia kerja berperan dalam kesuksesan karir seseorang,
yakni 85% EQ dan 15% IQ. Jadi peran EQ sangat siginifikan.
Kita perlu mengembangkan IQ menyangkut pengetahuan
dan keterampilan, namun kita juga harus menampilkan EQ yang sebaik-baiknya karena
EQ harus dilatih. Untuk meningkatkan EQ dan IQ agar dapat membina hati nurani
yang baik kita juga harus mengembangkan SQ yang merupakan cerminan dari hubungan
kita dengan Allah SWT. Jadi perpaduan antara EQ, IQ, dan SQ inilah yang sangat penting
dalam meniti karir agar menjadi lebih baik. Disamping itu, kita juga perlu mengembangkan
AQ (Adversity Quotient) yang dapat mengajarkan kepada kita bagaimana menjadikan
tantangan bahkan ancaman menjadi peluang, jadi yang ideal memang kita perlu menyeimbangkan
antara EQ, IQ, SQ dan AQ.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami sangat
tertarik mengkaji tentang peran EQ, IQ, SQ, AQ danjuga CQ dalam perkembangan profesi
yang sangat besar pengaruhnya terhadap dunia kerja.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dan peran
IQ, EQ, SQ, CQ dan AQ bagi perkembangan profesi?
C.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui pengertian dan peran
IQ, EQ, SQ, CQ dan AQ terhadap perkembangan profesi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian IQ, EQ, SQ, CQ dan AQ
Menurut David Wechsler kecerdasan didefinisikan sebagai kumpulan kapasitas seseorang untuk bereaksi searah dengan tujuan berpikir rasional dan mengelola lingkungan secara efektif.
(Solihin, 2013: 129)
Masih banyak definisi kecerdasan yang
dicetuskan oleh para ahli, kemudian Moh Solihin menyimpulkan “ bahwa kecerdasan
merupakan potensi dasar seseorang untuk berpikir, menganalisis dan mengelola tingkah
lakunya di dalam lingkungan dan potensi itu dapat diukur” (Solihin, 2013: 130).
Rumpun atau macam-macam kecerdasan adalah:
-
IQ (Intelligent Quotient)
-
EQ (Emotional Quotient)
-
SQ (Spiritual Quotient)
-
CQ (Creativity Quotient)
-
AQ (Adversity Quotient)
1.
IQ
Menurut Marten Pali, “Intellegensi adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara logis terarah,
serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif”.
(Solihin, 2013: 131).
a.
PENGUKURAN/ KLASIFIKASI IQ:
Very Superior :
130-
Superior : 120-129
Bright normal : 110-119
Average :
90-109
Dull Normal : 80-89
Borderline : 70-79
Mental Detective : 68- Bellow
b.
CIRI KHAS IQ:
-
Logis
-
Rasional
-
Linear
-
Sistematis
Dengan memiliki IQ
yang baik dan terstandar maka masing-masing individu memiliki kemantapan pemahaman tentang potensi diri dan pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan
yang kreatif dan produktif dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk peranannya sebagai pelaksana
/ pelaku profesi.
2.
EQ (Emotional Quotient)
Dalam Moh Solihin
(Etika Profesi keguruan,
2013: 133) kecerdasan emosi dapat didefinisikan:
a.
Kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri,
perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri,
mengelola emosi dengan baik dan berhubungan dengan
orang lain (Daniel Goldman)
b.
Kemampuan mengerti dan mengandalikan emosi
(Peter Salovely & John Mayer)
c.
Kemampuan mengindra,
memahami dan dengan efektif menerapkan kekuatan-kekuatan,
ketajaman, emosi sebagai sumber
energy, informasi, dan pengaruh
(Cooper &Sawaf).
d.
Bertanggung jawab atas harga diri,
kesadaran diri, kepekaan sosial,
adaptasi sosial (Seagel).
Aspek EQ (Salovely& Goldman)adalimaa, yaitu:
a.
Kemampuan mengenal diri
(kesadarandiri).
b.
Kemampuan mengelolaemosi
(penguasaandiri).
c.
Kemampuan memotivasi diri.
d.
Kemampuan mengendalikan emosi
orang lain.
e.
Kemampuan berhubungan dengan
orang lain (empati).
Moh Solihin menyimpulkan ciri-ciri perilaku cerdas emosi sebagai berikut:
a. Menghargai emosi
negative orang lain.
b. Sabarmeng hadapi emosi
negative orang lain.
c. Sadar dan menghargai emosi diri-sendiri.
d. Emosi negative
untuk membinan hubungaan.
e. Peka terhadap emosi
orang lain.
f. Tidak bingung menghadapi emosi
orang lain.
g. Tidak menganggap lucu emosi
orang lain.
h. Tidak memaksa apa
yang harus dirasakan.
i.
Tidak harus membereskan emosi
orang lain.
j.
Saat emosional adalah saat mendengarkan.
Emotional Quotient (EQ) mempunyai peranan penting dalam meraih kesuksesan pribadi dan
professional. EQ dianggap sebagai persyaratan bagi kesuksesan
pribadi. Alasan utamanya adalah masyarakat percaya bahwa emosi-emosi sebagaimana
salah pribadi dan tidak memiliki tempat di luar inti batin seseorang juga batas-batas
keluarga.
Dr. Daniel Goleman dalam Moh Solihin
(2013: 135) berasumsi betapa pentingnya peran
EQ dalam kesuksesan pribadi dan
professional, yakni:
·
90% prestasi kerja ditentukan oleh
EQ
·
Pengetahuan dan teknis hanya berkontribusi
4%
·
Dari banyak penelitian didapatkan hasil bahwa individu
yang mempunyai IQ tinggi menunjukkan criteria buruk dalam pekerjaan,
sementara yang ber-IQ rendah justru sangat berprestasi.
Hal ini dikarenakan individu
yang mempunyai IQ tinggi seringkali memiliki sifat-sifat menyesatkan sebagai berikut:
-
Yakin tahu semua hal.
-
Sering menggunakan pikiran untuk menalar bukan untuk merasakan.
-
Meyakini bahwa IQ lebih penting
disbanding EQ.
-
Sering membuat prioritas-prioritas
yang merusak kesehatan diri sendiri.
3.
SQ (SPIRITUAL QUOTIENT)
a.
Pengertian SQ
Menurut Agus N.
Germanto dalam buku (Moh. Solihin, 20013:137) Spiritual adalah inti dari pusat
diri sendiri. Kecerdasan spiritual adalah sumber yang mengilhami, menyemangati
dan mengikat diri seseorang kepada nilai-nilai kebenaran tanpa batas waktu.
Danar Zohar dan
Ian Marshall (2007:4) menarik kesimpulan sebagai berikut:
SQ merupakan
kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu
kecerdasan untuk mendapatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang
lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan yang
diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan, SQ merupakan
kecerdasan tertinggi kita.
Kecerdasan
spiritual sering disebut SQ (Spiritual Quotient) (penemunya DANAH ZOHAR dan LAN
MARSHALL, LONDON, 2000) (Moh. Solihin, 2013:137). Kecerdasan spiritual ini
digunakan oleh manusia sebagai kemampuan untuk berhubungan dengan sang
penciptanya atau dengan tuhannya. Melibatkan kemampuan, menghidupkan kebenaran
yang paling dalam yang artinya iialah mewujudkan hal yang terbaik untuk dan
paling manusiawi dalam batin.
PAUL EDWAR
dalam Moh Solihin (2013:138) SQ adalah bukti ilmiah. Ini adalah benar ketika
anda merasakan keamanan (SECURE), kedamaian (PEACE), penuh cinta (LOVED), dan
bahagia (HAPPY). Ketika dibedakan dengan suatu kondisi dimana anda merasakan
ketidak amanan, ketidak bahagiaan, dan ketidak cintaan. Dan juga dijelaskan
menurut VICTOR FRANK seorang psikologi bahwa pencarian manusia akan makna hidup
merupakan motivasi utamanya dalam hidup ini. Kearifan spiritual; adalah sikap
hidup arif dan bijak secara spiritual, yang cenderung lebih bermakna dan bijak,
bisa menyikapi segala sesuatu secara lebih jernih dan benar sesuai hati nurani
kita, kecerdasan spiritual “SQ”
b.
SQ dalam Penelitian
Dalam sebuah
penelitian yang dilakukan di Universitas California yakni yang dilakukan oleh
Neurolog V.S. Ramachandram bersamaan dengan timnya telah menemukan adanya
“Titik Tuhan” (God Spot) di dalam otak manusia. Ia dan timnya menemukan titik
tuhan itu ketika seseorang berbicara atau terlibat dalam suatu pembicaraan
mengenai topik-topik spiritual atau keagamaan maka titik itu akan bercahaya.
Moh Solihin
(2013:138) Buku yang digunakan oleh peneliti untuk meneliti titik tuhan ialah
buku yang berjudul “Seratus Tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah”.
Dengan penulis Michael H. Hart Membuat peringkaat 6 teratas : 1) Nabi Muhammad
SAW, 2) Isaac Newton, 3) Nabi Isa (Yesus), 4)Budha (Sidharta Ghautama), 5)
Khong Hu Chu, 6) St Paul.
Hampir dari
data tersebut ternyata adalah tokoh-tokoh agama, pemimpin/ penggerak spiritual.
Jadi manusia yang menentukan arah sejarah adalah mereka yang memiliki kualitas
spiritual.
c.
Ciri-ciri SQ Tinggi
Menurut
Nggermanto dalam buku Moh Solihin (2013:138) ciri-ciri orang ber SQ tinggi
adalah:
1)
Memiliki Prinsip dan visi yang kuat
a)
Pengertian Prinsip
M
Arafat Imam G.(2015:66) menyatakan bahwa:
Prinsip adalah
suatu pernyataan fundamental (hal yang mendasar) yang dijadikan oleh seseorang
sebagai sebuah pedoman untuknya berpikir untuk bertindak. Kemunculan prinsip
merupakan suatu akumulasi dari pengalaman yang dimaknai oleh seseorang yang
menjadikan itu sebagai pedomannya. Prinsip itu kemudian akan menjadi roh dri
sebuah perubahan atau kearah tertentu.
Dalam bukunya
Moh Solihin (2013:139) menyatakan bahwa ada tiga prinsip utama bagi orang yang
tinggi spiritualnya, yakni:
·
Prinsip Kebenaran
Suatu yang
paling nyata dalam kehidupan ini adalah kebenaran. Sesuatu yang tidak benar
tunggulah saatnya nanti pasti akan sirna.
·
Prinsip Keadilan
Keadilan adalah
memberikan sesuatu sesuai dengan hak yang seharusnya diterima, tidak
mengabaikan, tidak mengurang-ngurangi.
·
Prinsip Kebaikan
Kebaikan adalah
memberikan sesuatu lebih dari hak yang seharusnya.
b)
Visi yang kuat
Moh Solihin
(2013:140) visi adalah cara pandang sebagaimana memandang sesuatu dengan visi
yang benar. Dengan visi kita bisa melihat bagaimana sesuatu dengan apa adanya,
jernih dari sumber cahaya kebenaran.
2)
Mampu melihat kesatuan dalam keanekaragaman
Moh Solihin (2013:140) menyatakan bahwa para siswa menuntut suasana
belajar yang menyenangkan. Guru menginginkan semangat dan hasil belajar yang
optimal. Semua pihak berbeda tetapi sama-sama menginginkan kebaikan.
3)
Mampu memaknai semua kehidupan
Semua yang terjadi di alam raya ini ada maknanya. Semua
kejadianpada diri kita dan lingkungan ada hikmahnya, semua diciptakan ada
tujuannya. Dalam sakit, gatal, jatuh, kekurangan dan penderitaan lainnya banyak
pelajaran yang mempertajam kecerdasan spiritual kita. Demikian juga ketika kita
berhasil kita bersyukur dan tidak lupa diri.
4)
Mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan pendengaran.
Banyak yang telah membuktikan bahwa semua orang yang sukses dan
kini besar telah melewati lika-liku dan ujian yang besar didalam kehidupannya.
Menurut J.J Reuseu dalam Moh Solihin (2013:140) menjelaskan bahwa:
Jika tubuh banyak berada didalam kemudahan dan kesenanga, maka
aspek jiwa akan rusak. Orang yang tidak mengalami kesulitan atau sakit, jiwanya
tidak tersentuh. Penderitaan dan kesulitanlah yang menumbuhkan dan
mengembangkan dimensi spiritual.
a)
Kecerdasan Spiritual Bagi pelaksana profesi SDM
Dalam hal ini
seorang
pelaksana suatu profesi harus memiliki yang namanya kecerdasan spiritual yang
tinggi tidak hanya sekedar memiliki agama, atau hanya sekedar beragama saja.
Namun, harus beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Para pelaksana profesi itu
harus percaya bahwa tuhan itu ada, Maha Melihat, Maha Mendengar, dan Maha
Mengetahui apa-apa yang diucapkan, diperbuat bahkan isi hati atau sebuah niat
dari seorang manusia.
Oleh karena itu seorang pelaksana profesi dituntut untuk berlaku jujur dan
takut akan tuhannya, karena ketika kita sedang dalam melaksanakan tugas dan
tidak berlaku jujur,mungkin teman dan orang disekitar tidak akan mengetahuinya.
Akan tetapi tuhan masih tetap memperhatikan kita.
SDM sebagai pelaksana profesi harus selalu memegang amanah, konsisten
(istiqomah) dan tugas yang diembannya adalah terhadap tuhan, oleh karena itu
semua sikap, ucapan dan tindakannya selalu mengacu pada nilai-nilai moral dan
etika agama, selalu memohon taufik dan hidayah Allah SWT., dalam melaksanakan
amanah yang dipercaya kepadanya. Pemimpin yang seperti ini dalam menjalankan
tugasnya akan selalu berpijak kepada Amar am’ruf nahi Munkar ( mengajak kepada
kebaikan dan mencegah kejahatan.)
4.
CQ (CRETIVITY QUOTIENT) KECERDASAN KREATIVITAS
Faid Poniman,
Indrawan Nugrogo, Jamil Azzaini (2007:224) menyatakan bahwa creativity quotient
diukur untuk mengetahui tingkat kreatifitas seseorang.
Kreativitas adalah
potensi seseorang untuk memunculkan suatu yang penemu-penemu baru dalam bidang
ilmu dan tekhnologi serta semua bidang usaha lainnya (Moh Solihin, 2013:142)
Lima Ciri
Kreatifitas (Guil Ford dalam Moh Solihin, 2013:142)
a.
KELANCARAN; kemamouan memproduksi banyak ide
b.
KELUWESAN; kemampuan untuk mengajukan bermacam-macam pendekatan
jalan pemecahan masalah
c.
KEASLIAN; kemampuan untuk menghasilkan gagasan orisinil
d.
PENGURAIAN; kemampuan mengurangi sesuatu secara terperinci
e.
PERUMUSAN KEMBALI; kemapuan untuk mengkaji kembali suatu persoalan
melalui cara yang berbeda dengan yang sudah lazim
Kreativitas
adalah kemampua untuk mencipta dan berkreasi, tidak ada satupun pernyataan yang
dapay diterima secara umum mengenai mengapa suatu kreasi itu timbul Moh Solihin
(2013:142).
Ada dua unsur
kreativitas:
a.
Kepasihan yang ditunjukan oleh kemampuan menghasilkan sejumlah
besar gagasan dan ide-ide pemecahan
masalah secara lancar dan cepat.
b.
Keluwesan yang pada umumnya mengacu pada kemampuan untuk menentukan
gagasan atau ide yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memecahkan suatu
masalah.
Seorang manusia
yang kreatif akan terbuka fikiran dan imajinassinya, gagsn sendiri maupun orang
lain. Beberapa pengamat yang memiliki rasa humor merakasan bahwa manusia
butuhkan untuk menciptatakan sesuatu yang berasal dari keinginannya untuk hidup
diluar kemampuan merreka. Namun penelitian mengungkapkan bahwasannya manusia
berkreasi adalah karena adanya kebutuhan dasar, seperti keamanan, cinta dan
penghargaan.
Seseorang
termotivasi untuk berkreasi oleh lingkungannya dan manfaat dari berkreasi
seperti hidup yang lebih menyenangkan, kepercayaan diri yang lebih besar,
kegembiraan hidup dan kemungkinan untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka.
a.
Hambatan Untuk Menjadi lebih Kreatif
Banyak faktor
yang menyebabkan seseorang yang seharusnya berfikir kreatif tetapi terhambat
misalnya karena faktor kebiasaan, waktu, bbanyak masalah, tidak ada masalah
takut gagal, kebuuhan akan sebuah jawaban sekarang, kegiatan mental yang sulit
diarahkan, takut bersenang0senang, dan juga karena ritik dari orang lain.
Moh Solihin
(2013:143) mengatakan bahwa ada beberapa cara memunculkan gagasan kreatif:
1)
Kuantitas Gagasan
Tekhnik-tekhnik
kreatif dalam berbagai tingkatan keseluruhannya bersandar pada pengembangan
pertama sejumlah gagasan sebagaisuatu cara untuk memperoleh gagasan yang baik
dan kreatif. Akan tetapi bila masalahnya besar dimana kita ingin mendapatkan
pemecahan baru dan orisinil maka kita membutuhkan banyak gagasan untuk dipilih.
2)
Tekhnik Brainstorming
Merupakan cara
yang banyak digunakan, tetapi juga merupakan tekhnik pemecahan kreatif yang
tidak banyak dipahami. Tekhnik ini cenderung menghasilkan gagasan baru yang
orisinil untuk menambah jumlah gagasan konvensional yang ada.
3)
Sinektik
Suatu metode atau proses yang menggunakan metafora dan analogi
untuk menghasilkan gagasan kreatif atau wawassan segar kedalam permasalahan,
maka proses sinektik mencoba membuat yang asing menjadi akrab dan juga
sebaliknya.
4)
Memfokuskan Tujuan
Membuat
seolah-oleh apa yag diinginkan akan terjadi besok, telah terjadi saat ini
dengan melakukan visualisasi yang kuat.
SDM sebagai
pelaksana dengan suatu profesi dengan tingkat kecerdasan kreativitas (CQ) yang
tinggi adalah mereka yang kreatif, dan dapat mampu mencari dan menciptakan
terobosan-terobosan dalam membatasi berbagai kendala atau permasalahan yang
muncul dalam lembaga yang digeluti.karena seorang pelaksana profesi yang inin
mencapai nilai-nilai profesional haruslah mempunyai CQ yang tingi karena agar
mampu menghasilkan ide-ide baru atau orsinil dalam meningkatkan daya saing
dalam dunia kerjanya dan lebih luas lagi daya saing di era globalisasi.
5.
AQ (ADVERSITY QUOTIENT)
KECERDASAN DALAM MENGHADAPI MASALAH
AQ adalah
kemampuan / kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan menghadapi
kesulitan-kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup.
Menurut Stolts
dalam Moh Solihin (2013:146) menyatakan bahwa AQ adalah kecerdasan untuk
mengatasi kesulitan. “ AQ merupakan fakto yang dapat menentukan bagaimana, jadi
atau tidaknya, serta sejauh mana sikap, kemampuan dan kinerja Anda terwujud di
dunia.” Tulis stoltz. Pendek kata orang yang memiliki AQ tinggi akan lebih
mampu mewujudkan cita-citanya dibandingkan orang yang AQ nya lebih rendah
Paul G. Stoltz
dalam Moh Solihin (2013:147). Merinci AQ berdasarkan penelitiannya:
a.
AQ Tingkat “Quitters” (Orang-orang yang Berhenti)
Tingkat
terendah yakni dimana orang yang langsung menyerah ketika menghadapi kesulitan
hidup. Orang yang tidak berikhtiar dan hanya berkeluh kesah menghadapi
penderitaan kemiskinan dan lain-lain.
b.
AQ Tingkat “Campers” (Orang yang Berkemah)
Artinya
Awalnya giat mendaki / berusaha menghadapi kesulitan hidup, ditengah perjalanan
mudah merasa cukup dan mengakhiri pendakian atau usahanya.
c.
AQ Tingkat “Climbers” (Orang yang Mendaki)
d.
Climbers adalah pendaki sejati. Orang yang seumur hidup mendaki
mencari hakikat kehidupan menuju kemuiaan manusia di dunia dan akhirat
Moh
Solihin (2013:147) menyatakan rentang AQ meliputi tiga (3) golongan :
a.
AQ rendah (0-50)
b.
AQ Sedang (95-134)
c.
AQ Tinggi (166-200)
AQ bukanlah
sekedar anugerah yang bersifat given. AQ ternyata bisa dipelajari. Dengan latihan-latihan
tertentu, setiap orang bisa diberi pelatihan untuk meningkatkan level AQ-nya.
Dunia kerja
merupakan dunia yang penuh dengan tantangan dan rintangan. Sehingga jika ingin
menjadi pelaksana profesi yang profesional makaharus menetapkan dihatinya “Saya
adalah pendaki sejati, yang mengarungi semua tantangan dan rintangan yang ada”.
Dan perlu diyakini bahwa tidak ada manusia yang sempurna dan tidak ada jalan
yang mulus dan lurus. Hambatan dan peluang akan ditemui dalam mencapai
cita-cita masa depan.
Moh Solihin
(2013:148). Analisis SWOT merupakan suatu tekhnik yang dapat digunakan untuk
menelaah tingkat keberhasilan pencapaian cita-cita/karier.
“S” Strenght
(Kekuatan), adalah sebuah potensi yang ada pada diri sendiri yang mengandung
cita-cita / karier.
“W” Weakness
(Kelemahan), adalah seluruhh kekurangan yang ada pada diri sendiri dan kurang
mendukung cita-cita / karier.
“O” Oportunity
(Peluang), adalah segala sesuatu yang dapat menunjang keberhasilan cita-cita /
karier.
“T” Traits
(Ancaman), adalah segala sesuatu yang dapat menggagalkan keberhasilan
cita-cita/ karier yang berasal dari diri sendiri atau lingkungan.
Pemecahhan
masalah dapat dilakukan dengan Zero Mind Proses; melepas belenggu mental, maka
emosi terkendali, akal.logika berpikir terjadi ketenangan batin, berserah diri
kepada Tuhan. Maka potensi energi dan nilai spiritual muncul dan bangkit
tercipta dalam bentuk aplikasi nyata.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
IQ merupakan keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara logis terarah,
serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.
Emotional Quotient EQ) mempunyai peranan penting dalam meraih kesuksesan pribadi dan
professional. EQ dianggap
sebagai persyaratan bagi kesuksesan pribadi.
Kecerdasan
spiritual (SQ) adalah sumber yang mengilhami, menyemangati dan mengikat diri
seseorang kepada nilai-nilai kebenaran tanpa batas waktu.
Kecerdasan Kreativitas adalah potensi seseorang untuk memunculkan suatu yang
penemu-penemu baru dalam bidang ilmu dan tekhnologi serta semua bidang usaha
lainnya.
AQ adalah
kemampuan / kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan menghadapi
kesulitan-kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Goleman,
Daniel. 2006. Emotional Intelligence. Bantam Books
Solihin, Moh.
2013. EtikaProfesiKeguruan. Jember: STAIN Jember Press
Zohar, Danah.
Ian Marshall. 2007. SQ; KECERDASAN SPIRITUAL. Diterjemahkan oleh;
Rahmani Astuti, Ahmad Najib Burhani.Bandung: PT Mizan
Pustaka.
Imam G, M
Arafat. 2015. Leader University Step by Step Leader. Kim-Ara Holdings
Groub.
Poniman, Farid.
Cs. 2007. Kubik Leadership. Bandung: PT Mizan Publika.
LAMPIRAN
Comments
Post a Comment